Selasa, 04 Juni 2013

Solusio Plasenta

Solusio Plasenta Adalah terlepasnya plasenta yang implantasinya normal pada uterus sebelum janin lahir. Klasifikasi Klinis Solusio Plasenta : 1. Solusio Plasenta Ringan 2. Solusio Plasenta Sedang 3. Solusio Plasenta Berat Etiologi Solusio Plasenta Hingga kini belum diketahui dengan jelas. Tapi terdapat beberapa keadaan tertentu yang menyertai yaitu: • Umur yang tua • Multiparitas • Hipertensi yang di induksi oleh kehamilan atau hipertensi kronik • Preterm prematur ruptur membran • Trauma eksternal • Kebiasaan merokok • Minum alkohol • Narkotika (kokain) • Leiomyoma uteri : khususnya yang terdapat dibawah implantasi plasenta Gambaran Klinis o Solusio Plasenta Ringan Terjadi ruptur sinus marginalis, bila terjadi perdarahan pervaginam warna merah kehitaman, perut terasa agak sakit atau terus menerus agak tegang. Tetapi bagian - bagian janin masih teraba. o Solusio Plasenta Sedang Plasenta telah lepas ¼ sampai dengan 2/3 luas permukaan. Tanda dan gejala dapat timbul perlahan seperti pada solusio plasenta ringan atau mendadak dengan gejala : sakit perut terus menerus, yang tidak lama disusul oleh perdarahan pervaginam. Dinding uterus teraba tegang terus menerus, nyeri tekan, bagian - bagian janin sukar diraba, BJA sukar didengar dengan stetoskop biasa. Sudah dapat terjadi kelainan pembekuan darah dan ginjal o Solusio Plasenta Berat Plasenta telah lepas lebih 2/3 permukaannya, terjadi tiba - tiba, ibu syok, janin meninggal. Uterus tegang seperti papan dan sangat nyeri. Perdarahan pervaginam tidak sesuai dengan keadaan syok ibu. Besar kemungkinan telah terjadi gangguan pembekuaan darah dan ginjal. Diagnosis Solusio Plasenta Kehamilan yang lebih dari 22 minggu yang disertai dengan gejala - gejala o Sakit perut terus - menerus o Nyeri tekan pada uterus o Uterus tegang terus - menerus o Perdarahan pervaginam o Syok o BJA tak terdengar o Palpasi sukar karena rahi keras / tagang o Fundus uteri makin lama makin naik (pada tipe perdarahan tersembunyi) o VT ketuban tegang terus menerus (karena isi rahim bertambah) Komplikasi  Perdarahan Tipe perdarahan : o Perdarahan keluar o Perdarahan tersembunyi o Perdarahan keluar dan tersembunyi  Kelainan pembekuan darah Terjadi 10 % pada solusio plasenta dengan hipofibrinogenemia. Kadar fibrinogen normal 300 - 700 mg%, pada ibu hamil aterm 450 mg%. Apabila kadar fibrinogen < 100 mg%, akan terjadi gangguan pembekuan darah  Oliguri Kemungkinan disebabkan oleh hipovolemia dan penyempitan pembuluh darah ginjal akibat perdarahan yang banyak. Terjadi pada solusio plasenta sedang dan berat  Gawat janin sampai kematian janin Penatalaksanaan Solusio Plasenta Solusio plasenta adalah terlepasnya plasenta dari tempat implantasinya yang normal pada uterus sebelum janin lahir. Definisi ini hanya berlaku pada kehamilan dengan masa gestasi diatas 22 minggu atau berat janin lebih dari 500 gram. Penatalaksanaan Terhadap Komplikasi Atasi Syok o Infus larutan NS/RL untuk restorasi cairan, berikan 500 cc dalam 15 menit pertama dan 2 L dalam 2 jam pertama. o Ganti darah yang keluar dengan darah segar untuk memperbaiki faktor pembekuan akibat koagulopati Tatalaksana oliguria atau nekrosis Tubuler Akut Tindakan restorasi cairan, dapat memperbaiki hemodinamika dan mempertahankan fungsi ekskresi sistema urinaria. Tetapi bila syok terjadi cepat dan telah berlangsung lama (sebelum dirawat), umumnya akan terjadi gangguan fungsi ginjal yang ditandai dengan oliguria (produksi urin < 300 cc/jam). Pada kondisi yang lebih berat dapat terjadi anuria yang mengarah pada nekrosis tubulus renalis. Setalah restorasi cairan, lakukan tindakan untuk mengatasi gangguan tersebut. Untuk mengatasi gangguan tesebut :  Furosemid 40mg dalam 1 L kristaloid dengan 40-60 tetes permenit  Bila belum berhasil, gunakan manitol 500 cc dengan 40 tetes permenit Atasi Fibrinogenemia o Restorasi cairan / darah sesegera mungkin dapat menghindarkan tejadinya koagulopati o Lakukan uji beku darah, untuk menilai ungsi pembekuan darah (penilaian tidak langsung kadar ambang fibrinogen) dengan cara :  Ambil darah vena 2 cc, masukkan kedalam tabung kemudian observasi  Genggam bagian tabung yang berisi darah  Setelah 4 menit, miringkan tabung untuk melihat lapisan koagulasi dipermukaan  Lakukan hal yang sama setiap menit  Bila bagian permukaan tidak membeku dalam waktu 7 menit, maka diperkirakan titer fibrinogen dianggap dibawah nilai normal (krisis)  Bila terjadi pembekuan tipis, yang mudah robek bila tabung dimiringkan, keadaan ini juga menunjukan kadar fibrinogen dibawah ambang normal o Bila darah segar tidak dapat segera diberikan, berikan plasma beku segar (15 cc/kg) o Bila plasma beku segar tidak ada, berikan kriopresipitat fibrinogen o Bila perdarahan masih berlangsung (koagulopati) dan trombosit dibawah 20.000 berikan konsentrat trombosit Sumber: http://akubidan.com/index.php?p=elearning&mod=yes&aksi=lihat&id=61

Tidak ada komentar:

Posting Komentar